Kisah berikut ini diceritakan oleh salah seorang wanita Yugoslavia
yang mampu berbicara dengan dalam bahasa Arab dengan fasih :
“ Saat itu aku masih berusia sepuluh tahun ketika pemerintah komunis
mulai melakukan ekspansi militernya. Pada saat itu aku sudah menutupi
kepalaku dengan jilbab meskipun wajahku masih terbuka. Sementara ibuku
menutup seluruh auratnya , wajah dan seluruh badannya.
Kemudian ia melanjutkan lagi :
“Sebelum ekspansi militer ini kami semua hidup dalam suasana tenang
dan damai. Semuanya terasa aman. Harta, jiwa, maupun kehormatan dan
agama kami. Namun ketika Allah menurunkan ujianNya kepada kami berupa
kekuatan ataupun Thogut ( yang selalu menghianati setiap hubungan
kesepakatan yang telah mereka buat dengan kaum muslimin), semuanya pun
akhirnya berubah. Sejak saat itu kami tak dapat lagi menikmati tidur
malam dengan tenang. Kuingat waktu itu ibuku harus tidur lengkap dengan
hijabnya, kawatir apabila tiba-tiba pasukan kafir tersebut masuk ke
rumah pada malam hari dengan paksa.”
Tugas yang pertama dilakukan oleh tentara Komunis adalah
menghancurkan pagar pembatas rumah. Mereka rubuhkan tembok-tembok tinggi
yang selama ini membatasi antara rumah yang satu dengan rumah lainnya,
yang selama ini tembok berfungsi menjaga aurat sebuah keluarga dari
tetangganya. Mereka tak ingin apabila pagar tembok tersebut lebih dari
satu meter. Akibatnya kami tak bisa sembarangan lagi berada di halaman
rumah kecuali dengan menggunakan jilbab . Bahkan sampai ibuku harus
menutupi wajahnya sementara ia melakukan pekerjaan sehari-harinya di
halaman rumah.
Mendengar cerita ini aku jadi benar-benar terkesima dan terpesona
sekaligus oleh kekokohan iman yang menghujam di dalam hati wanita non
Arab tersebut. Saudariku! Tidakkah kalian saksikan sendiri bagaimana ia
harus tidur di malam hari sementara jilbabnya tetap tergerai dengan rapi
karena kawatir apabila seseorang datang masuk ke dalam rumah secara
tiba-tiba! Dan bayangkanlah bagaimana ia harus tetap memanjangkan
kerudungnya di saat ia berada di halaman rumah sendiri , hanya karena
pagar tembok rumahnya tidak cukup untuk menutupinya dari pandangan
tetangganya. Gadis Yugoslavia ini melanjutkan ceritanya ;
“Pasukan komunis ternyata tidak berhenti hanya sampai disitu,”bahkan
mereka juga mewajibkan kepada semua wanita yang menutupi wajahnya agar
membawa foto untuk dijadikan sebagai penunjuk identitas.” Untuk kisah
yang satu ini mungkin kita tidak merasa terlalu aneh karena memang kasus
semacam ini sudah lumrah terjadi di banyak negara demi kepentingan
identitas diri.
Dan ketika pasukan Beruang Merah datang dan memberi tahu kami tentang
wajibnya menyertakan foto di dalam kartu tanda pengenal wanita, kulihat
hari itu ibuku menangis. Tak seperti biasanya . Berulang kali ia
kudengar mengatakan “Bagaimana mungkin aku memperlihatkan wajahku di
depan tukang foto? Sementara ia memusatkan pandangannya kepadaku,
kemudian datang pasukan Beruang Merah untuk menikmati fotoku dengan
memandanginya. Apa yang harus kuperbuat? Tolong selamatkan kami dari
kondisi ini ..” Disaat kami sedang dalam kondisi yang cukup mencekam
seperti ini, tiba-tiba ayahku berdiri sambil membawa sebatang arang
hitam di tangannya. Katanya kepada ibuku ,” Ambilah ini bu, jangan
bersedih lagi…ambilah arang ini,”
“ Apa yang harus aku lakukan dengannya’, tanya ibuku keheranan
“Oleskan arang itu ke seluruh wajahmu sampai ia berwarna hitam, agar
ketika engkau membuka cadarmu kecantikanmu tak nampak di hadapan tukang
foto dan yang terlihat hanyalah gambar hitam saja,” lanjut ayah
Dengan berat hati ibuku lalu mengambil kayu arang itu. Ia masih belum
yakin kalau hal itu bisa cukup membuatnya merasa aman. Tatkala ia
lumuri wajahnya dengan arang hitam tersebut akhirnya rona cantiknya yang
terpancar dari wajahnya dapat tersembunyikan. Sejak saat itu aku masih
menyimpan wajahnya yang hitam dilumuri arang. Biarlah ia menjadi saksi
bagi mereka berdua di hadapan Allah pada hari kiamat nanti atas semangat
dan keteguhan mereka dalam berIslam.”
Kemudian ia tunjukkan foto ibunya kepadaku. Aku pun jadi terperangah
dengan apa yang sedang kulihat . Kalau saja aku tidak mendengar
langsung ceritanya sebelum itu mungkin susah rasanya hatiku
mempercayainya.
Dimanakah kita kini dibandingkan dengan wanita Yugoslavia tersebut?
Ya , kini kita benar-benar sedang berada di hadapan sebuah kekuatan iman
yang sangat agung yang tersembunyi di balik rasa malu. Ia pun
mengingatkan kepada kami atas sikap kami yang selama ini menyepelekan
padahal kami adalah wanita Arab yang mampu memahami huruf dan makna Al
Qur’an maupun hadits jauh dari kemampuan mereka, namun apakah komitmen
kami terhadap agama ini sama seperti komitmen mereka? Semoga Allah
merahmati dan senatisasa mengasihi kami dan mengembalikan kami kepada
ajaran agamaNya.
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
beramal soleh akan Allah tunjuki mereka dengan iman yang mereka miliki,
dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya akan Ia tunjuki
hatinya..”
Kesungguhan untuk mengambil dan memegang teguh ajaran agama ini akan
mendatangkan hidayah Allah dan jalan keluar yang dapat menjaga agama
maupun jiwa seseorang, inilah balasan yang Allah berikan kepada siapa
saja yang ia kehendaki dan Allah Maha memiliki keutamaan yang sangat
besar. Ia memerintahkan kita agar selalu meminta balasan dan keutamaan
tersebut dariNya. Apakah kita benar-benar Telah melakukannya??
-Al
Qhatani-
Anda sedang membaca artikel tentang Kisah : Hijab dari Arang Kayu dan anda bisa menemukan artikel Kisah : Hijab dari Arang Kayu ini dengan url http://bagiislam.blogspot.com/2013/01/kisah-hijab-dari-arang-kayu.html. Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel Kisah : Hijab dari Arang Kayu ini jika memang bermanfaat bagi anda atau teman-teman anda,namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya CariManfaat.com.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan GRATIS via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di CariManfaat.com
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah secara Cerdas. Dilarang keras untuk berkomentar iklan