Oleh: Abu Hudzaifah
DALAM sebuah redaksi hadits disebutkan ada sosok wanita yang memiliki sifat, “yakfurnal ‘asyir”
(kafir kepada suami, maksudnya mengingkari kebaikan suami). Tentu saja
bagi sebagian wanita, tentu tidak akan terima bila judul di atas
disematkan pada dirinya.
Di saat hatinya senang dan ‘nyaman’ kepada suaminya, seorang istri akan memandang suaminya sebagai sosok yang baik dan ‘sempurna’. Tanpa cacat dan kekurangan. Di saat laju rumah tangga stabil tanpa alang rintangan yang berarti, seorang istri biasanya akan terngiang terus akan kebaikan-kebaikan sang suami.
Berbeda kondisinya manakala perasaan dan hati sang istri tertutupi
oleh kekurangnyamanan dan tidakketidaksukaan kepada suami, maka segala
bentuk kekurangan dan kekhilafan sang suami nampak nyata di depan mata.
Dalam pandangannya, sang suami tak pernah melakukan kebaikan sama sekali
pada dirinya. Seakan-akan sang suami selama ini hanya sebatas
‘produsen’ keburukan tanpa henti. Bisa dibayangkan bukan, bagaimana
hari-hari berjalan tanpa ada senyum dan sapa di antara keduanya.
Kisah Khaizuran berikut ini mungkin dapat dijadikan pelajaran bagi
setiap wanita agar tidak terjerumus kepada kufur nikmat terhadap suami.
Khaizuran adalah seorang budak wanita yang dibeli oleh Khalifah Al-Mahdi
dari An-Nukhas. Beliau memerdekakannya lalu menikahinya. Beliau juga
memenuhi segala kebutuhannya. Namun, setiap kali Khaizuran marah kepada
beliau, ia selalu saja berucap di hadapannya, “Aku tidak pernah
melihatmu berbuat baik sama sekali!”
Kisah senada juga dilakukan oleh Al-Barmakiyah, seorang budak wanita.
Ia dibeli oleh Al-Mu’atamid bin ‘Ubad, seorang raja Maroko, dan
menjadikan seorang permaisuri. Ketika Al-Barmakiyah menyaksikan
anak-anak perempuan bermain pasir, maka ia teringat masa kecil.
Lalu, ia tertarik untuk bermain pasir seperti mereka. Maka, sang raja
pun memerintahkan untuk mendatangkan minyak wangi yang tak terkira
jumlahnya yang serupa dengan pasir. Ia pun senang dan bermain dengannya.
Namun, ketika ia merasa marah kepada sang raja, serta merta ia berujar,
“Sungguh, aku belum pernah melihat kabaikanmu secuil pun!” Sang raja
pun tersenyum dan menyela, “Apakah juga pada saat engkau bermain pasir
(maksudnya saat ia bermain minyak wangi sebagaimana ia bermain pasir)?”
Maka, ia pun merasa malu mendengar ucapan tersebut.
Tabiat mayoritas wanita adalah melupakan kebaikan di saat pasangannya
melakukan kekhilafan atau terdapat kekurangan padanya. Seakan-akan
kebaikan suami yang sedemikian banyak dan besar tertutupi oleh
kekurangan dan kekhilafan yang tak seberapa yang dilakukan oleh suami.
Kemesraan saat bulan madu bisa jadi sirna oleh kekhilafan suami yang
mungkin dapat dihutung dengan jari. Jerih payah suami seakan-akan
menguap bigutu saja tanpa membekas sedikit pun di saat suami melakukan
kesalahan yang tak seberapa.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam telah
mewanti-wanti kaum wanita dari perilaku seperti ini. Dari Ibnu Abbas, ia
berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda,
“Diperlihatkan neraka kepadaku, dan ternyata mayoritas penghuninya
adalah kaum wanita lantaran mereka berbuat kufur.” Ditanyakan kepada
beliau, “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau bersabda:
يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى
إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ
مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Mereka kufur kepada suami dan mengingkari kebaikan. Sekiranya
engkau berbuat baik kepada salah seorang dari mereka selama satu tahun,
lalu ia melihat suatu keburukan padamu, tentu ia akan berkata, ‘Aku
belum pernah melihat satu kebaikan pun pada dirimu.” (HR. Bukhari).
Bila engkau menyaksikan istrimu memiliki tabiat seperti itu, maka tak
perlu cemas dan bersedih hati. Yakinlah, bahwa kebaikan-kabaikan yang
sedemikian banyak tak kan pernah sia-sia, manakala engkau lakukan ikhlas
karena mengharap ridha Allah. Sekiranya istrimu memungkiri kebaikanmu,
yakinlah bahwa Allah Yang Maha Kuasa mengetahui dan mencatatatnya.
Kepada para wanita yang masih memendam karakter seperti di atas,
penilaianmu terhadap suaminya seperti itu tak akan membuahkan apa-apa
selain bertambah kuatnya rasa bencimu kepada pasanganmu dan itu tak
dapat memberikan solusi untuk memperbaiki kesalahan dan kekhilafan
suamimu. Berpikir dan berilah penilaian secara obyektif. Tak ada manusia
yang sempurna. Semoga nasihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam
di atas mampu memberikan suntikan motifasi bagimu untuk senantiasa
menjadi istri yang bersyukur dan pandai mengelola perasaannya. Wallahu a’lam.*
Penulis pemerhati masalah parenting dan penulis buku-buku keluarga. Kini tinggal di Solo, Jawa Tengah
Anda sedang membaca artikel tentang Menjadi Wanita ‘Kafir’ Tanpa Sadar dan anda bisa menemukan artikel Menjadi Wanita ‘Kafir’ Tanpa Sadar ini dengan url http://bagiislam.blogspot.com/2013/01/menjadi-wanita-kafir-tanpa-sadar.html. Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel Menjadi Wanita ‘Kafir’ Tanpa Sadar ini jika memang bermanfaat bagi anda atau teman-teman anda,namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya CariManfaat.com.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan GRATIS via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di CariManfaat.com
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah secara Cerdas. Dilarang keras untuk berkomentar iklan