“Bekerja membuat kita hidup, bekerja membuat kita berarti, dan bekerja membuat kita kaya.”
KEMISKINAN
merupakan momok paling menakutkan oleh banyak orang, tapi kenyataannya
di negeri ini, orang banyak lebih bersahabat dengan kemiskinan.
Sebutlah
seorang bapak kaya raya sedang dihadapkan dengan ajalnya. Ketiga anak
yang disayangnya menunggu detik-detik terakhir itu dengan haru disamping
pembaringan ayahnya. Menjelang menutup mata untuk terakhir kalinya sang
bapak memberikan wasiat.
“Anak-anakku,” ujarnya terbata-bata,
“Harta kekayaanku sudah aku bagikan dengan rata pada kalian bertiga.
Tapi aku masih punya warisan terakhir. Warisan ini sangat berharga. Aku
menyimpannya dalam peti di dalam lemari. Janganlah kalian buka kotak
itu, hingga suatu hari nanti satu di antara kalian ada yang jatuh
miskin, maka kotak itu akan menjadi miliknya.”
Ketiga bersaudara
itu saling pandang dan yakin ayahnya meninggalkan berlian serta
perhiasan lainnya yang sangat berharga dalam peti itu. Sang ayah pun
meninggal dengan tenang.
Ketiga kakak beradik itu hidup dengan
damai. Anak pertama diwarisi perusahaan tekstil yang tengah maju pesat.
Anak kedua diwarisi perusahaan pertanian yang memiliki hasil panen yang
selalu bagus. Anak yang ketiga diwarisi sekolah yang memiliki reputasi
baik di negeri itu.
Setahun berlalu. Anak pertama hidup dengan
malas-malasan karena perusahaanya maju dan dia merasa yakin seandainya
jatuh miskin sekalipun, masih ada warisan yang sangat berharga bisa
didapatnya.
Pun anak kedua hidup dengan poya-poya karena panennya
selalu menunjukan kualitas terbaik. Dia memiliki pikiran yang sama
dengan anak yang pertama.
Berbeda dengan anak ketiga. Dia bekerja
dengan tulus memberikan sumbangsih dalam dunia pendidikan. Meski
menjadi pemilik sekolah, tetapi sesekali dia melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya dilakukan para bawahannya, bahkan
tukang kebunnya.
Suatu masa, negeri yang mereka tempati yang
notabene subur tetapi kehidupan rakyatnya sangat tergantung pada
negera-negara luar, tertimpa bencana. Produk-produk tekstil tidak
diterima lagi di luar negeri. Berlimpahnya hasil pertanian di negeri
tetangga yang mengakibatkan harga beras di dalam negeri, anjlok drastis.
Akhirnya kedua kakak beradik jatuh miskin.
Berkumpulah ketiga bersaudara itu di tempat sang adik bungsu karena hanya dialah yang masih memiliki banyak kekayaan.
“Adik-adikku”
ujar kakak pertama, “kini aku paling miskin di antara kalian, jadi aku
minta persetujuan pada kalian berdua untuk mendapatkan hak atas warisan
dalam peti yang pernah ayah tinggalkan.”
Kakak kedua menukas cepat, “Aku yang lebih berhak, sebab aku lebih miskin dari kamu, Kak!”
Saudara yang pertama mendebatnya. Kericuhan pun tak terelakan.
Akhirnya
si bungsu memberikan saran jalan tengah, dengan cara membagi dua isi
peti warisan dari sang ayah. Kedua kakaknya pun setuju.
Dibukalah
peti tersebut dengan disaksikan ketiga bersaudara. Ketika peti itu
terbuka, ternyata mereka tidak menemukan apa-apa selain marmer yang
bertahtakan tulisan “Kalian Harus Bekerja”.
Ayah yang kaya
raya itu meninggalkan banyak warisan materi terhadap anak-anaknya. Tapi
hanya satu anaknya yang mewarisi kebijakan hidup. []
Anda sedang membaca artikel tentang Obat Kemiskinan dan anda bisa menemukan artikel Obat Kemiskinan ini dengan url http://bagiislam.blogspot.com/2013/01/obat-kemiskinan.html. Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel Obat Kemiskinan ini jika memang bermanfaat bagi anda atau teman-teman anda,namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya CariManfaat.com.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan GRATIS via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di CariManfaat.com
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah secara Cerdas. Dilarang keras untuk berkomentar iklan