Kita, insyaAllah bersyukur dilahirkan dalam keluarga Muslim. Namun
kadang-kadang, banyak hal yang sering kali terlewat dalam pembelajaran
kita selama ini. Misalnya saja, apa saja yang membatalkan keislaman
kita.
Berikut adalah hal-hal yang bisa membatalkan keislaman kita:
Pertama: Kesyirikan (beribadah kepada selain Allah).
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya, dan Dia mengampuni
semua dosa di bawah dari itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh di telah mengadakan
dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’:48)
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah
Al-Masih putera Maryam”, padahal Al-Masih (sendiri) berkata: “Wahai Bani
Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabb kalian”. Sesungguhnya orang
yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka Allah akan
mengharamkan surga untuknya dan tempatnya adalah di neraka, tidak ada
seorangpun penolong bagi orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah: 72)
Kedua: Berpaling dari Islam dengan lebih memilih agama Yahudi,
Nashrani, Majusi, Komunis, Sekularis, atau selainnya dari keyakinan yang
membawa kekufuran jika dia menyakininya.
Allah Ta’ala berfirman, “Wahai
orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kalian yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut
kepada kaum mukminin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang
yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang Dia berikan kepada siapa
yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al-Maidah: 54)
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya
orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah
petunjuk itu jelas bagi mereka, setan telah menjadikan mereka mudah
(berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. Yang demikian itu
karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) berkata kepada
orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang
Yahudi): “Kami akan mematuhi kalian dalam beberapa urusan”, sedang Allah
mengetahui rahasia mereka. Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila para
malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan
punggung mereka? Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka
mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan karena mereka
membenci keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus amalan-amalan mereka.
Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa
Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka? Dan kalau kami
kehendaki, niscaya kami tunjukkan mereka kepada kalian sehingga kalian
benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya, dan kalian
benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan
Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kalian.” (QS. Muhammad: 25-30)
Ketiga: Orang yang tidak mengkafirkan orang kafir baik dari Yahudi,
Nashrani, Majusi, orang-orang musyrik, atau orang yang mulhid (Atheis)
atau selain itu dari berbagai macam kekufuran. Atau dia meragukan
kekafiran mereka atau dia membenarkan mazhab/ajaran mereka, maka dia
telah kafir.
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang
yang kafir kepada Allah dan rasul-rasulNya, dan bermaksud
membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasulNya,
dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir
terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu)
mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir).
Merekalah orang-orang yang kafir dengan sebenar-benarnya kekafiran. Kami
Telah menyediakan siksaan yang menghinakan untuk orang-orang yang kafir
itu.” (QS. An-Nisa’: 150-151)
Keempat: Orang yang meyakini bahwasanya petunjuk selain petunjuk
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wassallam- lebih sempurna atau meyakini
bahwa hukum selain hukum yang dibawa oleh Rasulullah -shallallahu’alaihi
wasallam- lebih baik (daripada petunjuk dan hukum beliau).
Seperti
orang-orang yang lebih memilih hukum-hukum thagut daripada hukum yang
dibawa oleh Rasulullah -Shallallahu’alaihi wasallam-.
Allah Ta’ala
berfirman, “Apakah hukum jahiliyah yang mereka inginkan, dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah: 50)
Allah Ta’ala berfirman, “Barangsiapa
mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima (agama itu)
darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)
Kelima: Orang yang membenci apa yang dibawa oleh Rasulullah -shallallahu’alaihi wasallam-, walaupun dia mengamalkannya.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan
orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah
menghilangkan amalan-amalan mereka. Yang demikian itu adalah karena
sesungguhnya mereka benci kepada apa yang Allah turunkan maka Allah
menghapuskan amalan-amalan mereka.” (QS. Muhammad: 8-9)
Keenam: Orang yang mengolok-olok (menghina) Allah, Rasul, Al-Qur’an,
agama Islam, malaikat, atau para ulama karena ilmu yang mereka miliki.
Atau menghina salah satu syiar dari syiar-syiar Islam seperti, shalat,
zakat, puasa, haji, tawaf di Ka’bah,wukuf di ‘Arafah, atau menghina
Masjid, azan, jenggot, atau sunnah-sunnah Rasulullah -shollallahu’alaihi
wasallam lainnya, dan syi’ar-syi’ar agama Allah, dan tempat-tempat yang
disucikan dalam keyakinan Islam serta yang terdapat keberkahan
padanya.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan jika kamu tanyakan kepada
mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan
menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main
saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya, dan Rasul-Nya
kalian berolok-olok?” Tidak usah kalian minta maaf, karena kalian telah
kafir setelah beriman. Jika kami memaafkan segolongan kalian (lantaran
mereka taubat), niscaya kami akan mengazab golongan (yang lain)
disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. At-Taubah: 65-66)
Ketujuh: Sihir, termasuk ash-shorfu (merubah seseorang dari sesuatu yang dicintainya menjadi yang dibencinya) dan al-athfu (mendorong seseorang dari sesuatu yg dibencinya menjadi dicintainya/pelet dan semacamnya, pent.)
Allah Ta’ala berfirman, “Dan
mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan
Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),
padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), akan tetapi
justru setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua
orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut. Keduanya tidak
mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:
“Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (kepada kamu) sebab itu janganlah
kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang
dengan sihir itu, mereka dapat memisahkan antara seorang (suami) dengan
isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak bisa memberi mudharat
dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka
mempelajari sesuatu yang tidak memberikan mudharat kepada mereka dan
tidak pula memberi manfaat kepada mereka. Sungguh mereka telah meyakini
bahwa barangsiapa yang menukarnya (Kitab Allah) dengan sihir itu,
tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan
mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 102)
Kedelapan: Memberikan pertolongan kepada orang kafir dan membantu mereka dalam rangka memerangi kaum muslimin.
Allah Ta’ala berfirman, “Wahai
orang-orang yang beriman, jika kalian mengikuti sebagian dari ahli
kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kalian menjadi orang kafir
sesudah kalian beriman. Bagaimanakah kalian (bisa sampai) kafir padahal
ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian dan Rasul-Nya berada di
tengah-tengah kalian? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama)
Allah, maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang
lurus.” (QS. Ali Imron: 100-101)
Kesembilan: Meyakini bahwa ada sebagian manusia yang diberi
keleluasaan untuk keluar dari syariat Rasulullah -shollallahu ’alaihi
wasallam-,
sebagaimana Nabi Khidir diperbolehkan keluar dari syariat yang dibawa Nabi Musa -‘alaihissalam-.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan
kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada Mengetahui.” (QS. Saba’: 28)
Kesepuluh: Berpaling dari agama Allah Ta’ala, tidak mempelajarinya, dan tidak beramal dengannya.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan
siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan
dengan ayat-ayat Rabbnya, kemudian dia berpaling darinya? Sesungguhnya
kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (QS. As-Sajdah: 22)
Allah Ta’ala berfirman, “Demikianlah
kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang telah lalu,
dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu dari sisi Kami suatu
peringatan (Al-Quran). Barangsiapa yang berpaling dari Al-Qur’an, maka
sesungguhnya dia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat. Mereka
kekal di dalamnya dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka
di hari kiamat.” (QS. Thaha: 99). [al-atsariyyah]
Sumber: itab Al-Qaul Al-Mufid fii Adillah At-Tauhid Bab: Nawaqidh Al-Islam ‘Asyarah, karya: Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Al-Wushabi Al-Yamani.
[islampos]
Anda sedang membaca artikel tentang Hati Hati : 10 Hal Pembatal Keislaman dan anda bisa menemukan artikel Hati Hati : 10 Hal Pembatal Keislaman ini dengan url http://bagiislam.blogspot.com/2013/02/hati-hati-10-hal-pembatal-keislaman.html. Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel Hati Hati : 10 Hal Pembatal Keislaman ini jika memang bermanfaat bagi anda atau teman-teman anda,namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya CariManfaat.com.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan GRATIS via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di CariManfaat.com
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah secara Cerdas. Dilarang keras untuk berkomentar iklan